KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT.atas limpahan rahmat-nya sehingga
alha,dulillah atas nikmatnyalah yang telah memberikan kami kemudahan dalam
menyelesaikan makalah ini,untukitu kami sampaikan rasa terima kasih kepada
seluruh pihak terutama kepada dosen kami Bpk. Tabah heri setiawan yang telah
memberikan kami motivasi-motivasi sehingga makalah ini dapat selesa tepat pada
waktunya .
Adapun
makalah inni disusun berdasarkan berbagai sumber yang kami kumpulan baik dari
media internet maupun media cetak yang kami dapat,dan mengambil rumus dan teori
yang diambil terdapat dalam makalah ini berdasarkan materi yang kami ambil ambil dari sumber-sumber yang
kami kumpulkan dengan segala keterbatasan kami sebagai pihak yang masih banyak
membutuhkan pembelajaran –pembelajaran yang bersifat edukatif.
Harapan
kami,makalah dapat memberi tuntunan konsep yang praktis bagi mereka,baik
praktisi maupun teman-teman mahasiswa dalam memahami tentang vector,kami
menyadari,ini maupun cara penyampaian makalah ini masih jauh dari sempurna .
untuk itu kami bisa mengembangkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca ataupun dosen kami Bpk.Tabah heri setiawan tercinta.sehingga kami
bisa mengembangkan makalh ini menjadi lebih baik . kepada kami sendiri sebagai
bahan evaluasin pembelajaran kami sendiri khususnya pada mata kuliah fisika
dasar 1.
Pamulang,23
Agustus 2014
Penulis
: (kelompok
1)
Daftar
Isi
Bab I : Pendahuluan:..................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah .......................................................................................
1.3
Tujuan.............................................................................................................
1.4 Tujuan Percobaan..........................................................................................
Bab II :PENDAHULUAN DAN PENGUKURAN...................................................
2.1 PERTIDAKSAMAAN PADA
PENGUKURAN..........................................
§ Besaran
Dan Satuan.......................................................................................
§ Besaran
Turunan............................................................................................
A. Ketidakpastian
Pada Pengukuran........................................................................
1) Nilai
Skala Terkecil alat ukur......................................................................
2) Ketidak
pastian pada pengukuran tunggal..................................................
3) Ketidakpastian
pada pengukuran berulang menggunakan kesalahan .........
4)
Angka Berarti...............................................................................................
5) Ketidakpastian
pada fungsi variabel (perambatan ketidakpastian)..............
6) Variabel........................................................................................................
7) Alat
dan bahan.............................................................................................
8) Prosedur
kerja..............................................................................................
2.2 PENGUKURAN...........................................................................................
Bab III : Penutup........................................................................................................
Kesimpulan...........................................................................................................
Saran.....................................................................................................................
Daftar
Pustaka......................................................................................................
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu fisika, pengukuran
dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah
satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu
yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena
yang sedang dipelajari.
Sebelumnya
ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri.
Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang
telah disepakati. Misalnya menghitung volume balok, maka harus mengukur untuk
dapat mengetahui panjang, lebar dan tinggi balok, setelah itu baru menghitung
volume.
Mengukur
dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu fenomena
atau permasalahan secara kualintatik. Dan jika dikaitkan dengan proses
penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi
jalan untuk mencari data-data yang mendukung. Dengan pengukuran ini
kemudian akan diperoleh data-data numeric yang menunjukan pola-pola tertentu
sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut.
Pentingnya
besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat membantu
untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalam mengamati suatu gejala
tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data yang didapat dari hasi
pengukuran yang kemudian besaran-besaran yang didapat dari hasil pengukuran
kemudian ditetapkan sebagai satuan.
Dengan salah satu argument di atas, setelah
dapat kita ketahui betapa penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam
fisika, untuk memperoleh hasil / data dari suatu pengukuran yang akurat dan
dapat dipercaya.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
cara mengidentifikasi bagian- bagian alat ukur ?
2. Bagaimana
mengoperasikan alat ukur ?
3. Bagaimana
cara menentukan ketidakpastian hasil pengukuran ?
4. Bagaimana
mengidentifikasi hasil pengukuran ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa
dapat mengoperasikan beberapa alat ukur dasar.
2. Mahasiswa
dapat menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran tunggal.
3. Mahasiswa
dapat menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran
berulang.
4. Mahasiswa
dapat menggunakan konsep “ Angka Penting “.
5. Mahasiswa
dapat menghitung ketidakpastian pada hasil percobaan dan
menjelaskan
arti singkatnya.
1.4 Tujuan Percobaan
1. Mampu
menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Menentukan
ketidakpastian dalam pengukuran serta menuliskan hasil
pengukuran
secara benar
3. Memahami
dan menggunakan metode kuadrat terkecil dalam pengolahan
Data
Bab II
PENDAHULUAN
PERTIDAKSAMAAN
PADA PENGUKURAN
Teori Singkat
Fisika
adalah ilmu yang mempelajari gejala alam seperti gerak, kalor, cahaya, bunyi ,
listrik, dan magnet. Proses pengamatan gejala alam tersebut bermula dari
pengamatan yang dilakukan oleh indera kita. Akan tetapi pengamatan tersebut
harus disertai dengan data kuantitatif yang dapat diperoleh dari hasil
pengukuran. Pada proses pengukuran, alat ukur merupakan bagian terpenting dari
sebuah pengamatan.
Dalam
kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari sesungguhnya kita tidak pernah luput
dari kegiatan pengukuran. Kita membeli minyak goreng, gula, beras, daging,
mengukur tinggi badan, menimbang berat, mengukur suhu tubuh merupakan bentuk
aktivitas pengukuran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengukuran
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui hasil pengukuran kita bisa
membedakan antara satu dengan yang lainnya. Pengukuran agar memberikan hasil
yang baik maka haruslah menggunakan alat ukur yang memenuhi syarat. Suatu alat
ukur dikatakan baik bila memenuhi syarat
yaitu valid (sahih)dan reliable (dipercaya). Disamping ke
dua syarat di atas, ketelitian alat ukur juga harus diperhatikan. Semakin
teliti alat ukur yang digunakan, maka semakin baik kualitas alat ukur tersebut.
Mengukur
pada hakikatnya adalah membandingkan suatu besaran dengan suatu besaran yang
sudah distandar. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mistar, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup. Pengukuran berat menggunakan neraca dengan
berbagai ketelitian, mengukur kuat arus listrik menggunakan ampermeter,
mengukur waktu dengan stopwatch, mengukur suhu dengan termometer, dan lain
sebagainya. Mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca, amper meter,
termometer merupakan alat ukur yang sudah distandar. Penggunaan alat ukur yang
sudah distandar, maka siapapun yang melakukan pengukuran, dimanapun pengukuran
itu dilakukan, dan kapanpun pengukuran itu dilaksanakan akan memberikan hasil
yang relatif sama .
Alat ukur yang baik haruslah memiliki
kriteria sebagai berikut :
·
accuracy, adalah
kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil ukur yang mendekati hasil
sebenarnya.
·
Presisi, adalah
kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama dari pengukuran yang
dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama.
·
Sensitivitas,
adalah tingkat kepekaan alat ukur terhadap perubahan besaraan yang akan diukur.
·
Kesalahan ( error
), adalah penyimpangan hasil ukur terhadap nilai yang sebenarnya.
Mengukur
adalah memainkan peranan penting pada fisika, tetapi hasil pengukuran tidak akan
pernah tepatsecara sempurna. Pengukuran dasar merupakan daras utama guna
mencari korelasi atau interperensi dan juga untuk membandingkan hasil
pengukuran dengan prediksi teoritis.
Mengukur
itu sangat penting untuk dilakukan. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha
untuk mendefiniskan karateristik suatu permasalahan secara kwantitatif. Dan
jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian sutu hipotesis
maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukungnya.
Dengan
pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numerik yang menunjukan
pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari fenomena atau pemasalahan
tersebut. Dengan demikian, maka dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat
kwalitatif berdasarkan pola-pola yang dihasilkan oleh data-data kwantitatif
tersebut.
A.
Besaran
Dan Satuan
Besaran
dalam fisika diartikan sebagai suatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai
besaran dan satuan. Besaran terbagi 2 yakni besaran pokok dan besaran turunan.
§ Besaran Pokok
Besaran
pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran yang
lain. Suatu besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebuh
dahulu berdasarkan kesepakatan para ilmuan. Besaran pokok bersifat bebas,
artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain.
Dimensi
suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran
pokoknya. Pada sistem satuan internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang
berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara
penulisan dimensidari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu.
? Panjang
satuannya meter (m)
? Massa,
massa zat merupakan kwantitas yang terkandung dalam suatu zat. Satuan massa
adalah kilogram (kg)
? Waktu
satuannya adalah sekon (s)
? Arus
listrik / kuat arus satuannya ampere (A)
? Suhu
satuannya Kelvin (K)
? Jumlah
zat satuanya mole (mol)
? Intensitas
cahaya satuannya candela (cd)
§ Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besara yang
didapat adri penggabungan besaran pokok
- Kecepatan,
satuannya meter per sekon
- Percepatan,
satuannya meter per sekon kuadrat
- Gaya,
satuannya (N) dalam SI
- Luas,
satuannya meter kuadrat (m2)
- Volume,
satuannya adalah meter kubik (m3)
B.
Ketidakpastian
Pada Pengukuran
Ketepan
pengukuran merupakan hal yang sangat penting didalam fisika untuk memperoleh
hasil atau data dari suatu pengukuran yang akurat dan dapat di percaya. Suatu
pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian.beberapa penyebab ketidakpastian
tersebut antara lain adanya nilai skala terkecil (NST), kesalahan kalibrasi,
fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta
keterampilan pengamat.
Berikut
adalah hal-hal yang harus di perhatikan dalam pengukuran.
1.
Nilai
Skala Terkecil alat ukur
Pada
setiap alat ukur terdapat nilai suatu skala yang tidalk dapat dibagi-bagi,
inilah yang disebut dengan nilai skala terkecil (NST)
2.
Ketidak pastian pada pengukuran tunggal
Kita
mulai dari kasus penjumlahan, z = x + y. Bagaimana ketidakpastiannya? Tentu
saja,
zo ± Dz
= (xo ± Dx)
+ (yo ± Dy)
zo ± Dz = (xo + yo) ± (Dx + Dy)
Dari persamaan di atas kita peroleh
Jadi, untuk
z = x + y, maka
Harga mutlak digunakan karena ketidakpastian tersebut tidak diketahui
apakah positif atau negatif. Dengan cara yang sama, kita dapat menurunkan
ketidakpastian untuk kasus pengurangan. Ternyata, hasilnya sama saja seperti
pada penjumlahan. Jadi, Untuk, z = x – y maka
3.
Ketidakpastian
pada pengukuran berulang menggunakan kesalahan
Pada pengukuran
berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada pengukuran tunggal.
Kesalahan merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian
pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai beikut :
a) Kumpulan
sejumlah hasil pengukuran variabel misalnya n buah, yaitu :
b) Carilah
nilai rata-ratanya yaitu rata-rata
c) Tentukan dari
kumpulan data tersebut dan ketidakpastiannya dapat dituliskan
:
d) Tulskan
hasilnya sebagai :
4.
Angka
Berarti
Angka
Berarti (AB) menunjukan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil
akhir pada pengukuran. Angka berarti berkaitan dengan ketidakpastian relatif
(dalam %). Semakin kecil ketidakpastian relatif maka semakin tinggi mutu
pengukuran atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan
Hubungan
antara ketidakpastian dengan angka berarti adalah sebagai berikut
5.
Ketidakpastian pada fungsi variabel
(perambatan ketidakpastian)
Jika
suatu variabel merupakan fungsi, dan variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian. Hal ini disebut debagai perambatan ketidakpastian
Secara
rinci pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran ini ternyata tidak
hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi jga dapat diperluas untukmengukur
hampir semua benda yang bisa dibayangkan. Menurut wiliam Shockley, pengukuran
adalah perbandingan dengan suatu standar.
6.
Variabel
Ø Variabel bebas
Ø Variabel
terikat
Ø Variabel
control
7.
Alat
dan bahan
1.Mistar 10. Hygrometer
2.Jangka sorong 11. Silinder
3.Mikrometer sekrup 12. Lensa konvergen (
cembung ),
lensa
divergen ( cekung ) , dan kaca planparalel
4.Sferometer 13. Kontainer
5.Termometer 14. Bandul
6.Stopwatch 15. Balok – balok
7.Neraca mekanik 16. Massa tambahan
8.Neraca pegas
9.Baromete
8.
Prosedur
kerja
Menentukan NST dari
:
a. Mistar f.
Stopwatch
b. Jangka
sorong g.
Neraca pegas
c. Mikrometer
sekrup h.
Neraca mekanik
d. Sferometer i.
Barometer
e. Termometer j.
Hygrometer
·
Mengukur panjang dan
lebar meja praktikum dengan menggunakan mistar
·
Mengukur diameter
dalam, diameter luar, dan tebal dari silinder yang diberikan asisten dengan
menggunakan jangka sorong
·
Mengukur tebal
dari massa pemberat yang diberikan asisten dengan menggunakan mikrometer sekrup
·
Mengukur jari – jari
kelengkungan lensa – lensa yang diberikan asisten dengan menggunakan sferometer
·
Mengukur massa dari
balok – balok atau massa pemberat yang diberikan asisten dengan menggunakan
neraca mekanik
·
Mengukur massa dari
balok – balok atau massa pemberat yang diberikan asisten dengan menggunakan
neraca pegas
·
Mengukur suhu air yang
diberikan asisten dengan menggunakan termometer
·
Mengukur 3 kali ayunan
bandul dengan menggunakan stopwatch sebanyak 5 kali
·
Mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh sebuah benda yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu
·
Mengukuran suhu ruangan
( dalam satuan fahrenheit ), tekanan dan kelembapan udara dalam laboratorium
fisika
II. 1 Pengukuran
Untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan
pengamatan yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum
tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat
dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita
dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan
angka-angka, berarti kita menghetahui apa yang sedang kita bicarakan itu.
Sedangkan arti dari pengukuran itu sendiri adalah membandingkan sesuatu yang
sedang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan, misalnya
bila kita mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter, artinya benda
tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang memiliki panjang 1
meter.
Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter menyatakan besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya. Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Beberapa besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relative.
Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter menyatakan besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya. Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Beberapa besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relative.
Pengukuran
Panjang Benda
a). Dengan
Menggunakan Mistar
Untuk
mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita lumrah
menggunakan mistar atau penggaris. Terdapat beberapa jenis mistar sesuai dengan
skalanya. Ada mistar yang skala terkecilnya mm (mistar milimeter) dan ada
mistar yang skala terkecilnya cm (mistar centimeter). Mistar yang sering kita
gunakan biasanya adalah mistar milimeter. Dengan kata lain, mistar itu
mempunyai skala terkecil 1 milimeter dan mempunyai ketelitian 1 milimeter atau
0,1 cm..Ketika mengukur dengan menggunakan mistar, posisi mata hendaknya
diperhatikan dan berada di tempat yang tepat, yaitu terletak pada garis yang
tegak lurus mistar. Garis ini ditarik dari titik yang diukur. Jika sampai mata
berada diluar garis tersebut, panjang benda yang terbaca bisa menjadi salah. Bisa
saja benda akan terbaca lebih besar atau lebih kecil dari nilai yang
sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah terjadinya kesalahan dalam pengukuran
yang biasa disebut kesalahan paralaks
b). Dengan
Menggunakan Jangka Sorong
Untuk
melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm diperlukan jangka sorong.
Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu: Pengukuran panjang
bagian luar benda. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda. Pengukuran
kedalaman lubang dalam benda. Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian
sebagai berikut: Rahang yang tetap (biasa disebut rahang tetap), memiliki skala
panjang yang disebut skala utama.Rahang yang dapat digeser-geser (disebut
rahang geser), yang memiliki skala pendek yang disebut nonius atau vernier. Rahang
tetap terdapat skala-skala utama dalam satuan cm dan mm. Sedangkan pada rahang
geser terdapat skala pendek yang terbagi menjadi 10 bagian yang sama besar.
Skala inilah yang disebut sebagai nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius
itu adalah 9 mm, sehingga panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih
antara skala nonius dan skala utama adalah 0,1 mm.atau 0,01 cm. Sehingga dapat
ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm. Contoh pengukuran dari jangka sorong
adalah sebagai berikut. Bila diukur sebuah benda didapat hasil bahwa skala pada
jangka sorong terletak antara skala 5,2 cm dan 5,3 cm. Sedangkan skala nonius
yang keempat berimpit dengan salah satu skala utama. Mulai dari skala keempat
ini ini kekiri, selisih antara skala utama dan skala nonius bertambah 0,1 mm
atau 0,01 cm setiap melewati satu skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih
antara skala utama dan skala nonius adalah 0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan
demikian, dapat ditarik kesimpulan kalau panjang benda yang diukur tersebut
adalah 5,2 cm+0,04 cm=5,24 cm.
c). Dengan
Menggunakan Mikrometer Sekrup
Untuk
megukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm
digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama dari mikrometer sekrup
adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut
bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi
50 bagian yang sama. Jika bidal digerakan satu putaran penuh, maka poros akan
maju (atau mundur) sejauh 0,5 mm. Karena silinder pemutar mempunyai 50 skala
disekelilingnya, maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan
bergeser sebesar 0,5 mm/50 = 0,01 mm atau 0,001 cm. Sangat perlu diketahui,
pada saat mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup, bidal diputar
sehingga benda dapat diletakan diantara landasan dan poros. Ketika poros hampir
menyentuh benda, pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros
tidak menekan benda. Dengan memutar roda berigi ini, putaran akan berhenti
segera setelah poros menyentuh benda. Jika sampai menyentuh benda yang diukur,
pengukuran menjadi tidak teliti.
2.3 Sistem Internasional
Satuan
untuk suatu besaran sebenarnya bisa dipilih secara sembarang. Untuk satuan
panjang saja kita bebas untuk menggunakan centimeter, meter, kaki, mil dan
sebagainya. Bahkan ada orang yang menggunakan satuan hasta sebagai satuan
panjang. Penggunaan berbagai macam satuan ini ternyata bisa membuat beberapa
kesulitan. Misalnya kita akan memerlukan berbagai macam alat ukur yang berbeda
untuk satuan yang berbeda pula. Kesulitan selanjutnya dalah saat kita akan
melakukan komunikasi ilmiah. Kita mungkin akan kesulitan untuk melakukan
konversi dari sebuah satuan menjadi satuan yang lain.
Dikarenakan
hal itulah, maka para ilmuwan dunia sepakat membuat sebuah satuian
internasional untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan itu, dan lahirlah system
SI. Dalam satuan SI, panjang memiliki satuan meter, satuan massa adlah
kilogram, dan satuan waktu adalah sekon yang dikenal juga dengan sbutan sistem
MKS. Selain itu dikenal pula istilah CGS, dengan centimeter sebagai satuan
panjang, gram sebagai satuan massa, dan sekon sebagai satuan waktu. Setelah
ditetapkan secara internasional, sekarang stiap satuan memiliki standar
masing-masing dalam pengukurannya, yaitu: Satuan standar waktu Satu sekon
adalah waktu yang dibutuhkan oleh atom cesium 133 untuk melakukan 9.192.631.770
periode radiasi ketika melewati tingkat energi yang paling rendah. Satuan
standar panjang Satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa
udara selama selang waktu 1/299.792.458 s.
V Satuan
standar massa
Satu kilogram adalah massa silinder
campuran platinum-iridium.
v Satuan standar kuat listrik
Satu Ampere adalah kuat arus tetap yang
jika dipertahankan mengalir dalam
masing-masing dari dua penghantar lurus
sejajar dengan panjang tak hingga
dan penampang lintang lingkaran yang
dapat diabaikan, dengan jarak pemisah
1 meter, dalam ruang hampa akan
menghasilkan gaya interaksi antara kedua
penghantar sebesar 2x10 newton setiap
meter penghantar.
v Satuan suhu
Satu Kelvin adalah 1/273,16 kali
suhu termodinamika titik tripel air.
v Satuan intensitas
cahaya
Satu kandela adalah intensitas cahaya
suatu sumber cahaya yang
memancarkan radiasi monokromatik pada
frekuensi 540x10 hertz dengan
intensitas sebesar 1/683 watt per
steradian dalam arah tersebut.
v Satuan jumlah zat
Satu mol adalah jumlah zat yang mengandung
unsur elementer zat tersebut
dalam jumlah sebanyak atom karbon dalam
0.,012 kg karbon-12.
Setelah ditetap secara internasional,
setiap satuan memiliki standar masing
masing dalam pengukurannya, yaitu :
v Satuan Standar Waktu
Satuan standar waktu adalah 1
sekon. 1 sekon adalah waktu yang dibutuhkan
oleh atom cesium 133 untuk melakukan
9.192.631.770 periode radiasi ketika
melewati tingkat energy yang paling
rendah.
v Satuan Standar Panjang
Satu meter adalah jarak yang ditempuh
cahaya dalam ruang hampa udara
selama selang waktu .
v Satuan Standar Massa
Satu kilogram adalah standar massa
silinder campuran platinum-iridium.
v Satuan Standar Kuat Listrik
Satu ampere adalah kuat arus tetap yang
jika dipertahankan mengalir dalam
masing-masing dari penghantar lurus
sejajar dengan panjang tak hingga dan
penampang lintang lingkaran yang dapat
diabaikan, dengan jarak pemisah 1
meter, dalam ruang hampa akan mengalami
gaya interaksi antara kedua
penghantar sebesar 2x10 newton setiap
meter penghantar.
v Satuan Suhu
Satu
Kelvin adalah , 1 kali suatu termodinamika titik tripel air.
v Satuan Intensitas Cahaya
Satu candela adalah intensitas cahaya
suatu sumber cahaya yang
memancarkan radiasi monokromatik pada
frekuensi 540x10 hertz dengan
intensitas
sebesar watt/sterodion dalam arah tersebut.
v Satuan Jumlah Zat
Satu mol adalah jumlah zat yang
mengandung unsur elementer zat tersebut
dalam jumlah sebanyak atom karbon dalam
0,012 kg karbon-12.
2.4 Ketidakpastian Pengukuran
Fisika merupakan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai fenomena yang terjadi di alam. Ilmu
ini didasarkan pada pengamatan dan percobaan. Pengamatan merupakan pengkajian
suatu gejala yang terjadi di alam. Hanya saja, sayangnya suatu gejala alam yang
muncul secara alamiah belum tentu terjadi dalam waktu tertentu, sehingga
menyulitkan pengamatan. Untuk mensiasati ini, maka dilakukan percobaan yang
menyerupai gejala alamiah itu di bawah kendali dan pengawasan khusus. Tanpa
percobaan ini, ilmu fisika tak mungkin berkembang seperti saat sekarang ini.
Dan
selanjutnya, dalam suatu percobaan kita hrus berusaha menelaah dan
mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan
yang kita lakukan. Sanada dengan pendapat Lord Kelvin yang mengungkapkan kalau
kita belum belajar sesuatu bila kita tak bisa mendapatkan sebuah data
kuantitatif. Untuk itulah dalam fisika dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat.
Akan tetapi, ternyata tak ada pengukuran yang mutlak tepat. Setiap pengukuran
pasti memunculkan sebuah ketidakpastian pengukuran, yaitu perbedaan antara dua
hasil pengukuran. Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan
perbedaan antara nilai yang diukur dan nilai sebenarnya. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor itu dibagi dalam 2 garis besar, yaitu:
ketidakpastian bersistem dan ketidakpastian acak.
a. Ketidakpastian
Bersistem
Kesalahan kalibrasi
- Kesalahan
dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang dibuat sehingga tiap
kali alat itu digunakan, ketidakpastian selalu muncul dalam tiap pengukuran.
- Kesalahan
titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk alat
ukur.
- Kesalahan
Komponen Alat Sering terjadi pada pegas. Biasanya terjadi bila pegas sudah
sering dipakai Gesekan
- Kesalahan
yang timbul akibat gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
- Kesalahan
posisi dalam membaca skala alat ukur.
b. Ketidakpastian
Acak
- Gerak
Brown molekul udara menyebabkan jarum penunjuk skala alat ukur terpengaruh.
- Frekuensi
Tegangan listrik, perubahan pada tegangan PLN, baterai, atau aki Landasan yang
Bergetar
- Adanya
Nilai Skala Terkecil dari Alat Ukur.
- Keterbatasan
dari Pengamat Sendiri.
c. Angka Penting
Angka penting adalah
angka yang diperhitungkan di dalam pengukuran dan pengamatan. Aturan ang ka penting: Semua angka
bukan nol adalah angka penting. Angka nol yang terletak diantara angka bukan
nol termasuk angka penting. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu,
angka nol yang terletak disebelah kiri maupun di sebelah kanan tanda koma,
tidak termasuk angka penting. Deretan angka nol yang terletak di sebelah kanan
angka bukan nol adalah angka penting, kecuali ada penjelasan lain.
2.5 Akurasi dan Presisi
Pengukuran yang
akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun demikian tidak ada
pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan
setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang berbeda. Di antara
yang paling penting, selain kesalahan, adalah keterbatasan ketepatan setiap
alat pengukur dan ketidakmampuan membaca sebuah alat ukur di luar batas bagian
terkecil yang ditunjukkan. Misalnya anda memakai sebuah penggaris centimeter
untuk mengukur lebar sebuah papan, hasilnya dapat dipastikan akurat sampai 0,1
cm, yaitu bagian terkecil pada penggaris tersebut. Alasannya, adalah sulit
untuk memastikan suatu nilai di antara garis pembagi terkecil tersebut, dan
penggaris itu sendiri mungkin tidak dibuat atau dikalibrasi sampai ketepatan
yang lebih. Akurasi pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat
relatif. sebaik dari ini. Akurasi didefinisikan sebagai beda atau kedekatan (closeness) antara
nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai sebenarnya.
Dalam
eksperiman, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan suatu
nilai standar yang diakui secara konvensional. Secara umum akurasi sebuah alat ukur
ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dandapat
diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi dalam skala tertentu atau
pada titik pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur dapat diklasifikasikan
dalam tingkat atau kelas yang berbeda-beda, tergantung pada akurasinya. Sedang
akurasi dari sebuah sistem tergantung pada akurasi Individual elemen pengindra
primer, elemen skunder dan alat manipulasi yang lain.
Ketika
menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan ketepatan atau
perkiraan ketidakpastian pada pengukuran tersebut. Sebagai contoh, hasil
pengukuran lebar papan tulis : 5,2 plus minus 0,1 cm. Hasil Plus minus
0,1 cm (kurang lebih 0,1 cm) menyatakan perkiraan ketidakpastian pada pengukuran
tersebut sehingga lebar sebenarnya paling mungkin berada diantara 5,1 dan 5,3.
Persentase ketidakpastian merupakan perbandingan antara ketidakpastia dan nilai
yang diukur, dikalikan dengan 100 %. Misalnya jika hasil pengukuran adalah 5,2
cm dan ketidakpastiannya 0,1 cm maka presentase ketidakpastiannya adalah :
(0,1/5,2) x 100% = 2%
Seringkali,
ketidakpastian pada suatu nilai terukur tidak dinyatakan secara eksplisit. Pada
kasus seperti ini, ketidakpastian biasanya dianggap sebesar satu atau dua
satuan (atau bahkan tiga) dari angka terakhir yang diberikan. Sebagai contoh,
jika panjang sebuah benda dinyatakan sebagai 5,2 cm, ketidakpastian dianggap
sebesar 0,1 cm (atau mungkin 0,2 cm). Dalam hal ini, penting untuk tidak
menulis 5,20 cm, karena hal itu menyatakan ketidakpastian sebesar 0,01 cm;
dianggap bahwa panjang benda tersebut mungkin antara 5,19 dan 5,21 cm,
sementara sebenarnya anda menyangka nilainya antara 5,1 dan 5,3.
Setiap
unit mempunyai kontribusi terisah dengan batas tertentu. Jika ± a1, = a2 dan ±
a3 adalah batas akurasi individual, maka akurasi total dari sistem dapat
diekspresikan dalam bentuk bawah akurasi seperti berikut :
A = ± ( a1+ a2 + a3 ) (2.1)
Dalam
hal tertentu nilai batas bawah akurasi total diatas mempunyai kelemahan, maka
dalam praktek orang lebih sering menggunakan nilai akar kuadrat rata-rata untuk
mendefinisikan nilai akurasi dari sebuah sistem, yaitu :
A = ± √ (
a1² + a2² + a3² ) (2.2)
Presisi
adalah istilah untuk menggambarkan tingkat kebebasan alat ukur dari kesalahan
acak. Jika pengukuran individual Dilakukan berulang-ulang, maka sebran hasil
pembacaan akan berubah-ubah disekitar nilai rata-ratanya. Bila Xn adalah nilai
pengukuran ke n dan adalah nilai rata-ratanya n pengukuran maka secara
metematis, presisi dapat dinyatakan
Presisi = (2.3)
Presisi = (2.3)
Presisi
tinggi dari alat ukur tidak mempunyai implikasi terhadap akurasi pengukuran.
Alat ukur yang mempunyai presisi tinggi belum tentu alat ukur tersebut
mempunyai akurasi tinggi. Akurasi rendah dari alat ukur yang mempunyai presisi
tinggi pada umum nya disebabkan oleh bias dari pengukuran, yang bisa
dihilangkan dengan kalibrasi.
Dua
istilah yang mempunyai arti mirip dengan presisi adalah repeatability dan
reproducibility. Repeability digunakan untuk menggambarkan
kedekatan (closeness) keluaran pembacaan bila dimasukkan yang sama
digunakan secara berulang-ulang pada periode waktu yang singkat pada kondisi
dan lokasi pengukuran yang sama, dan dengan alat ukur yang sama.
Reproducibility digunakan untuk menggambar kedekatan ( closeness)
keluaran pembacaan bila masukan yang sama digunakan secara berulang-ulang.
Macam – macam alat ukur
a) Jangka sorong
Ketelitian
Jangka Sorong: Paling tidak ada 2 jenis jangka sorong, yakni jangka
sorong yang memilikiketelitian 0,05 mm dan yang
memiliki ketelitian 0,1 mm.
b) Mikrometer
sekrup
Ketelitian mikrometer sekrup:
Micrometer sekrup hanya ada satu macam,
yakni yang berketelitian 0.01 mm.
c)
Spherometer
Spherometer
merupakan alat untuk mengukur jejari kelengkungan suatu permukaan. Biasanya
digunakan untuk mengukur kelengkungan lensa. Spherometer memiliki 4 kaki,
dengan 3 kaki yang permanen dan satu kaki tengah yang dapat diubah-ubah
ketinggiannya. Ketelitian spherometer bisa mencapai 0,01 mm.
d)
Neraca
Torsi
Neraca
torsi digunakan untuk mengukur massa suatu zat. Ketelitian yang dimiliki neraca
ini bermacam-macam antara lain sebesar 0,1 g atau 0,05 g atau 0,01 g.
e)
Densitometer
Specific
gravity adalah alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan (massa jenis) suatu
zat cair. Bedanya dengan densitometer adalah bahwa nilai yang ditunjukkan oleh
specific gravity merupakan nilai relatif terhadap kerapatan air (1 g/ml).
f) Stopwatch
Stopwatch
merupakan alat pengukur waktu. Stopwatch yang sering dipakai biasanya
berketelitian 0,1 s atau 0,2 s. Telepon genggam (HP) biasanya juga disertai
fasilitas stopwatch. Ketelitian stopwatch pada telepon genggam biasanya 0,01 s.
g) Termomoter
Termometer
adalah alat pengukur suhu. Termometer yang biasa digunakan dalam Lab. Fisika
Dasar adalah termometer Celcius
h) Multimeter
Multimeter adalah alat pengukur besaran
listrik, seperti hambatan, kuat arus, tegangan, dsb. Ketelitan alat ini sangat
beragam dan bergantung pada besar nilai maksimum yang mampu diukur.
Berhati-hatilah dalam menggunakan alat ini. Perhatikan posisi saklar sesuai
dengan fungsinya dan besar nilai maksimum yang mampu diukur. Jika digunakan
untuk mengukur tegangan maka alat ini harus dirangkai paralel, colok (+)
dihubungkan dengan (+) rangkaian, sedangkan colok (-) dengan bagian (-)nya.
Sedangkan jika digunakan untuk mengukur kuat arus yang melalui suatu cabang
rangkaian maka alat ini harus dirangkai secara seri melalui cabang tersebut.
i)
Neraca
Ohauss
neraca
ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram.,neraca ini ada
dua macam :
1. nilai
skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser. di pisah
antara skala ratusan(0-200), puluhan(0-100),satuan (0-10) dan skala 1/100 (0-1)
yang di bagi2 juga skala kecilnya sampai ketelitian 0.01 g.
Kalo yang ini cara makenya gampang. Kamu tinggal taruh saja bendanya (ingat neraca harus sudah terkalibrasi), lalu digeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil.
Kalo yang ini cara makenya gampang. Kamu tinggal taruh saja bendanya (ingat neraca harus sudah terkalibrasi), lalu digeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil.
2. nilai
skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di
putar. Cara memakainya hampir sama dengan yang no.1 tadi. Cuma bedanya,
waktu membaca yang dengan nilai 0-10. Misalkan sudah terbaca antara skala
ratusan dan puluhannya (100+20). Lalu kamu putar skala satuannya (dalam 1 skala
satuannya, dibagi lagi 10 skala), lihat skala yang terlewatkan dari angka nol
(misal 5.6 g).
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Fisika Dasar mengenai Pengukuran Dasar dilaksanakan pada hari Kamistanggal
19 April 2012. Praktikum dilaksanakan pada pukul 13.00-15.00 WITA
bertempat di Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mulawarman.
3.2 Alat dan Bahan
1. Jangka sorong
2. Neraca ohauss
3. Micrometer sekrup
4. Bola-bola besi
5. Silinder besi
3.3 Prosedur Percobaan
1.
Disiapkan rangkaian
alat-alat pengukuran dasar
2.
Diukur bola-bola besi
untuk mencari diameter bola besi
3.
Diulang sebanyak 3 kali
bola besar, 2 kali bola kecil
4.
Diukur panjang, tinggi,
dan lebar balok besi dengan menggunaka Ditimbang bola-bola besi untuk mencari
massa menggunakan neraca ohauss, diulang percobaan sebanyak 3 kali bola besar
dan 2 kali bola kecil
5.
Ditimbang balok besi
untuk mencari massa menggunakan
neraca ohauss, diulang sebanyak 5 kali
percobaan
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkanuraian
diatas,maka ditarik beberapa kesimpulan,yakni
Dalam ilmu fisika, pengukuran
dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah
satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu
yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena
yang sedang dipelajari.
Ada beberapa yang penting untuk di simak di antaranya:
1. Besaran
Dan Satuan
2. Ketidakpastian
Pada Pengukuran
Contoh alat ukur dan bahan :
1.Mistar 10. Hygrometer
2.Jangka
sorong 11. Silinder
3.Mikrometer
sekrup 12. Lensa konvergen (
cembung ),
lensa
divergen ( cekung ) , dan kaca planparalel
4.Sferometer 13. Kontainer
5.Termometer 14. Bandul
6.Stopwatch 15. Balok – balok
7.Neraca
mekanik 16. Massa tambahan
8.Neraca pegas
9.Baromete
Pengukuran
Untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan pengamatan
yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum tidaklah
lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat dari hasil
pengukuran.
1.
Pengukuran Panjang
Benda
3.2
SARAN
Pastikan anda mengukur dengan baik dan benar perhatikan
angka dan satuan pada alat ukur dan pastikan alat ukur anda sudah benar karna
kesalahan pengukuran bisa terjadi dikarnakan human error atau alat ukur yang
tidak sesuai sedandar
Pastikan alat yang di gunakan sesuai dengan apa yang mau di ukur.
Daftar Pustaka
2.) Fisika Dasar Giancoli
6.) Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1
7.) shofaifa.blogspot.com/2013/02/laporan-fisika-dasar pengukuran.html
8.)
djarahmat.blogspot.com/2013/.../laporan-pendahuluan-fisika-dasar-1.ht...
What Does the Casino Payroll Mean in 2021? - DrMCD
BalasHapusCasino's payout ratio is very high, with 김포 출장안마 a 익산 출장샵 payout 충청북도 출장샵 rate of about 98% (about 40%) – 98% 군포 출장샵 (about 7.5%) – 98% (about 7.2%) – 서산 출장안마 95% (about 1.8